PENGHANCURAN CANDI BENTAR

Proses Relokasi Gedung Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka

ide

5/7/20243 min read

Usai ditunda dan mundur dari Waktu yang telah direncanakan, perobohan Candi Bentar akhirnya dilakukan pada Senin, 6 Mei 2024. Sebelum dihancurkan, Romo Paroki, Paskalis Nyoman Widastra SVD bersama Tim Teknis melakukan doa bersama dan memberkati candi serta alat yang akan digunakan. “Penghancuran ini untuk memperlancar proses masuknya tiang pancang ke lokasi relokasi gedung gereja,”ujar Paskalis saat menutup Misa Minggu 5 Mei 2024.

Sedianya perobohan candi dilaksanakan pada awal bulan Mei 2024, namun baru bisa dilaksanakan hari Senin 6 Mei. “Alat eskavator PC 200 yang dibutuhkan untuk merobohkan candi masih dipakai di tempat lain, maka kegiatan perobohan ditunda dan baru bisa dilaksanakan hari ini,”ujar Gusti Ngurah Darmadi, anggota Tim Teknis Relokasi Gedung Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, Senin (6/5/2024).

Candi Bentar merupakan bangunan yang berdiri kokoh di pintu gerbang Gereja Tritunggal Mahakudus Tuka. Dimensi bangunan ini dengan lebar pintu masuk 4 meter tidak memadai untuk manuver troton pembawa tiang pancang. Untuk melancarkan akses masuk tiang pancang ke lokasi Gedung gereja yang hendak dipindah, maka candi mesti dirobohkan. Tiang pancang yang mesti masuk berukuran pangjang 10 meter, 8 meter, dan 6 meter dengan panjang tronton kurang lebih 15 meter. Karena itu membutuhkan ruang yang luas agar truk tronton yang membawanya bisa melakukan manuver saat masuk ke lokasi renovasi gedung gereja.

Setelah hancur, material runtuhan candi diletakkan sementara di lahan yang hendak dipakai untuk relokasi gereja, dekat sebuah sungai. Kemudian penetapan titik-titik tiang pancang akan dilakukan oleh tim dari PT Satriacipta Asta Kencana pelaksana proyek renovasi gereja.

Rusak di Beberapa Bagian

Relokasi gedung gereja sudah sampai tahap kedua, yakni penancapan tiang pancang. Dibutuhkan setidaknya 4.014 meter tiang. "Biaya yang dikeluarkan Rp 500.000 per meter untuk setiap tiang,"ujar anggota Tim Teknis, Gusti Ngurah Darmadi.

Upaya relokasi gedung gereja yang mengadopsi balai paruman (wantilan) Bali dijalankan karena gereja yang diresmikan penggunaannya pada 14 Februari 1937 ini sudah mengalami kerusakan di beberapa bagian, khususnya atap.

Di masa pandemi, antara tahun 2020-2023 atap gereja pernah diperbaiki dengan membuat atap baru yang diletakkan di atas atap lama karena saat itu tidak memungkinkan untuk merombak bangunan. Namun tentu saja, upaya ini hanya sementara. Apalagi jumlah umat juga semakin banyak. Gedung yang lama hanya mampu menampung 300 orang saja. Sementara saat ini umat paroki telah mencapai 680 KK sekitar 2650 jiwa.

Sebelumnya, di tahun 2018 panitia pembangunan gedung gereja baru sudah dibentuk. Namun dibarui lagi pada 2023. Dan di tahun 2024, proses pembangunan gedung gereja baru dimulai dengan peletakan batu pertama dilakukan pada 18 Februari 2024, tepat pada peringatan ke-87.

 (*ide)

Penulis: I Wayan Edi Yudiyana

Editor : Gabriel Abdi Susanto

Foto : Tody dan WIbawa

GEREJA KATOLIK TRI TUNGGAL

Save SMALL on our BIG church!